PERTEMUAN DI GALILEA
Sekolah Sabat
Minggu, 22 Desember 2024
PERTEMUAN DI GALILEA
Baca: Yohanes 21: 1–19. Kebenaran penting apakah yang diungkapkan di sini, terutama tentang kasih karunia Allah-dan kerendahan hati manusia?
Yohanes 20 diakhiri dengan tujuan buku ini, yang merupakan tempat yang logis untuk menyimpulkannya, tetapi masih ada satu pasal lagi. Pasal 21 dimulai dengan beberapa murid kembali ke Galilea, dan Petrus menyarankan untuk bermalam di danau. Sepertinya masa lalu telah kembali, dan para murid kembali ke pekerjaan lama mereka, yaitu menangkap ikan. Tetapi mereka tidak menangkap apa-apa malam itu.
Di pagi hari, orang asing yang misterius di pantai menyuruh mereka untuk menebar jaring di sisi kanan perahu. Mereka kemudian menangkap begitu banyak ikan sampai-sampai mereka tidak dapat menarik jalanya. Ini seperti awal pelayanan mereka bersama Yesus (lihat Luk. 5: 1-11). Yohanes segera mengenali Yesus dan memberi tahu Petrus, yang segera melompat ke dalam air dan berenang ke darat.
Yesus mengajukan tiga pertanyaan kepada Petrus, semuanya tentang kasih kepada Gurunya. Sebelum penyaliban, Petrus bersikeras bahwa ia akan menyerahkan nyawanya untuk Yesus (Yoh. 13: 37). Pada saat itulah Yesus menubuatkan penyangkalannya sebanyak tiga kali (Yoh. 13: 38). Pada pertemuan di Galilea ini, Petrus tidak menjadikan dirinya sebagai titik acuan, tetapi menjadikan Yesus sebagai titik acuan: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau" (Yoh. 21: 17).
Beberapa orang mencatat bahwa Yesus menggunakan kata kerja agapaō, yang berarti mengasihi, dalam menanyai Petrus (kecuali pada saat terakhir), dan Petrus selalu menjawab dengan phileō, yang berarti mengasihi, tetapi hanya sebagai teman. Implikasinya adalah bahwa Petrus belum mencapai jenis kasih yang lebih tinggi.
Sebenarnya, tanggapan Petrus terfokus pada kerendahan hati. Dengan kegagalan Petrus yang pernah ia alami sebelumnya, kemungkinan besar ia dengan rendah hati menggunakan "istilah yang lebih rendah", tidak berani menuntut terlalu banyak untuk dirinya sendiri. Dan kerendahan hati inilah yang ditegaskan oleh Yesus yang menjadi sangat penting dalam mengembalikan Petrus ke dalam pelayanan. Tidak diragukan lagi, kerendahan hati adalah salah satu kualifikasi terbesar untuk pelayanan, karena fokusnya adalah Yesus Kristus, dan bukan diri sendiri.
Pemulihan dan peran Petrus sebagai pemimpin dalam gereja mula-mula adalah salah satu bukti terkuat bahwa Yesus telah bangkit dari kematian. Akan sulit untuk menjelaskan keunggulan Petrus jika Yesus tidak memulihkannya ke dalam pelayanan di hadapan murid-murid yang lain.
Mengapa kerendahan hati menjadi kunci bagi setiap orang yang ingin mengenal Tuhan? Dalam terang salib, apakah yang dapat kita banggakan dari diri kita?
Komentar
Posting Komentar