PERKATAAN HIDUP YANG KEKAL
Sekolah Sabat
Senin, 25 November 2024
PERKATAAN HIDUP YANG KEKAL
Bacalah Yohanes 6: 61–68. Ketika Yesus bertanya kepada para murid apakah mereka akan meninggalkan-Nya, apakah arti jawaban Petrus?
Kata-kata Petrus tentang “hidup yang kekal" menyentuh sebuah tema yang ada di seluruh Injil Yohanes. Kumpulan frasa-frasa tentang hidup yang kekal muncul dalam Yohanes 6, dalam konteks memberi makan kepada 5.000 orang (Yoh. 6: 27, 40, 47, 54, 68). Yesus berkata bahwa Dia adalah Roti Hidup (Yoh. 6: 35), yang berarti bahwa kehidupan-Nya, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya adalah sumber keselamatan kekal.
Frasa hidup yang kekal atau padanannya muncul setidaknya 17 kali dalam Injil Yohanes. Istilah ini tidak mengacu pada keberadaan roh, atau menjadi bagian dari makhluk yang kekal, atau konsep halus lainnya. Namun, istilah ini merujuk pada kuasa yang memberi hidup yang membawa keselamatan dan makna bagi keberadaan kita sekarang dan kehidupan yang tidak berkesudahan ketika Tuhan datang kembali. Sama seperti Yesus menjadi manusia, demikian juga kebangkitan yang dibicarakan Yesus terjadi dalam ruang dan waktu dan dalam tubuh fisik. Ini adalah kebangkitan dari kematian, sebuah pembaruan kehidupan yang pernah kita miliki di Eden.
Bagaimanakah kita menerima hidup kekal?* Yoh. 3: 15, 16; Yoh. 5: 24; Yoh. 6: 40, 47; Yoh. 8: 31; Yoh. 12: 46; Yoh. 20: 31.
Hanya oleh iman, kita percaya bahwa Yesus Kristus datang untuk hidup dan mati bagi kita. Iman ini datang kepada kita sebagai sebuah karunia, tetapi kita harus secara sadar memilih untuk menyerahkan diri kita kepada Yesus, bertobat, dan meminta darah-Nya untuk mengampuni dan menyucikan dosa.
Ketika Yesus bertanya kepada Petrus apakah ia juga akan pergi meninggalkan-Nya, jawaban Petrus, "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal" (Yoh. 6: 68), merangkum inti dari keselamatan dan bagaimana kita mencapainya. Keselamatan itu tidak berasal dari filsafat, sejarah, ilmu pengetahuan-semua disiplin ilmu manusia. Keselamatan itu datang dari Yesus, yang memiliki hidup kekal di dalam diriNya sendiri menawarkannya secara cuma-cuma kepada semua orang yang mau menerimanya, yang merespons Roh Kudus.
Refleksi: Bagaimanakah janji untuk memiliki hidup yang kekal berdampak pada cara kita memandang kehidupan kita yang sementara di dunia ini? Bagaimanakah seharusnya janji itu berdampak pada cara kita memandangnya?
Komentar
Posting Komentar