KESUCIAN KEKAL

Renungan Penguatan Karakter
Minggu, 1 Desember 2024

KESUCIAN KEKAL

1 Yohanes 3:3 (TB) Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci. 



Pembicaraan-Nya berakhir, Yesus menoleh kepada Petrus dan meminta padanya untuk menebarkan pukatnya ke dalam danau untuk menangkap ikan. Tetapi Petrus telah putus asa. Sepanjang malam ia tidak mendapat apa-apa. Sepanjang malam yang sepi itu ia telah memikirkan akan nasib Yohanes Pembaptis, yang telah menderita di dalam gua tahanannya. la telah memikirkan juga akan kemungkinan masa depan Yesus dan pengikut-pengikut-Nya, pengalaman sedih yang dialami Yesus di Yudea, dan niat jahat rabi-rabi dan imam-imam. Hingga pekerjaan hidupnya sendiri telah mengecewakan hatinya; dan pada saat ia menjaga di sisi jala kosong itu, masa depannya sangatlah gelap oleh kekecewaan hatinya. “Guru,” katanya, "telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apaapa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”
 
Malam adalah satu-satunya waktu yang baik untuk mencari ikan dengan jala di dalam air danau yang jernih itu. Setelah bekerja sepanjang malam dengan tidak mendapat suatu apa pun, maka tidak ada gunanya untuk membuang jala pada hari siang; tetapi Yesus telah memberikan perintah dan kasih Tuhan telah menggerakkan hati murid-murid untuk menurut. Simon dan saudaranya bersama-sama menebarkan jala itu. Pada saat mereka berusaha menarik pukat itu ke dalam perahu, oleh karena banyak ikannya, sehingga jala itu pun koyak. Mereka terpaksa memanggil Yakobus dan Yohanes untuk membantu mereka. Apabila tangkapan mereka itu naik ke dalam perahu, karena berat muatannya mereka takut akan tenggelam.
 
Tetapi kini Petrus tidak lagi menghiraukan akan perahu dan muatannya. Mukjizat ini melebihi segala sesuatu yang pernah disaksikannya, karena hal ini baginya adalah menjadi suatu kenyataan kuasa Ilahi. Pada wajah Yesus ia telah lihat Seorang yang mengendalikan semesta alam. Hadirnya Keilahian-Nya telah menyatakan bahwa ia tidak suci. Cinta bagi Tuhannya, malu akan kurang percayanya, bersyukur akan kerendahan hati Kristus, terlebih pula perasaan akan kecemarannya di hadapan *kesucian yang kekal* telah mengalahkan dia. Di kala teman-temannya mengeluarkan ikan-ikan dari dalam jala, Petrus jatuh di kaki Juruselamat sambil berkata, “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."
 
Hadirat kesucian Ilahi yang sama yang telah menyebabkan Nabi Daniel rebah sebagai seorang yang mati di hadapan malaikat Allah-Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 254, 255.
 
Refleksi: Kapankah momen "Petrus" terjadi kepada saya, saat kapankah saya merasakan betapa berdosanya saya dibandingkan dengan kemurnian Yesus?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENJADIKAN ALLAH YANG PERTAMA

MENJADIKAN ALLAH YANG PERTAMA

MENJADIKAN ALLAH YANG PERTAMA