SEORANG PENGUNJUNG DAN SEBUAH MIMPI
Mision Dewasa
Sabat, 28 September 2024
Divisi Inter-Amerika
Judul: "SEORANG PENGUNJUNG DAN SEBUAH MIMPI"
Oleh: Erickson di Kosta Rika
Erickson memiliki sebuah kisah yang mungkin hanya sedikit orang yang mendengarnya. Dia menceritakan sebagian dari kisah tersebut kepada ibunya. Dia menceritakan seluruh kisahnya kepada istrinya. Ketiga anak perempuannya yang masih kecil tidak pernah mendengar cerita itu. Almarhum ayahnya pun tidak pernah mendengar kisahnya.
Erickson, yang adalah seorang pendeta dan pemimpin Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Kosta Rika, enggan membagikan kisahnya karena khawatir orang-orang tidak akan mempercayainya. Namun setelah mendengar sejumlah kesaksian yang luar biasa ketika ia membantu Misi Advent mengumpulkan kisah-kisah untuk laporan triwulanan misi di Kosta Rika, ia menceritakan kisahnya kepada Misi Advent. Jadi, pada hari Sabat ini, Anda akan menjadi salah seorang yang pertama mendengar seluruh kisahnya. Kisah yang mengubah hidupnya. Kisah tersebut membawanya menjadi seorang Masehi Advent Hari Ketujuh.
Terdapat hanya dua sekolah di kota tempat Erickson dibesarkan di Guatemala: sekolah umum dan sekolah Advent.
Sang ayah mengirim Erickson ke sekolah umum saat kelas satu, tetapi anak itu tidak pernah bertemu dengan gurunya selama setahun penuh. Sang guru sedang mengikuti pelatihan, kepala sekolah menjelaskan. Kepala sekolah terkadang datang ke kelas satu untuk memberikan tugas. Tetapi tidak ada yang mengajar pelajaran membaca, matematika atau mengeja kepada anak-anak pada tahun itu. Untungnya, Erickson telah mempelajari mata pelajaran tersebut di taman kanak-kanak, jadi dia bisa menyelesaikan tugas pekerjaan rumah yang diberikan. Namun banyak teman sekelasnya yang gagal di kelas satu.
Ayahnya merasa kecewa pada sistem sekolah umum setelah satu tahun berjalan dan dia memindahkan anaknya ke sekolah Advent untuk kelas dua. Di sanalah ia belajar tentang Tuhan. Sebelum tidur pada malam hari, Erickson berlutut di samping tempat tidurnya untuk berdoa.
"Tuhan, tolonglah saya untuk bisa membuat keputusan-keputusan yang baik dalam hidup saya," doanya.
"Tolonglah saya di sekolah. Tolonglah keluarga saya dan khususnya ayah saya."
Keluarganya termasuk golongan miskin. Ayahnya bekerja sebagai sopir bus yang jauh dari rumah dan Erickson hanya bertemu dengannya beberapa kali setiap tahun. Terlepas dari kemiskinan mereka, sang ayah selalu berhasil mengumpulkan dana untuk membiayai pendidikan Erickson di sekolah Advent. Ketika Erickson berdoa pada malam hari, dia berharap bisa bertemu lebih sering dengan ayahnya.
"Tolong lindungi ayah dan ibu agar mereka dapat mencari uang untuk kebutuhan kami. Amin," doanya.
Pada suatu malam, saat Erickson berusia 11 atau 12 tahun, ia berdoa dan kemudian berbaring di tempat tidurnya di kamar yang gelap. Matanya terbuka, tetapi ia tidak dapat melihat apa pun dalam kegelapan.
Tiba-tiba, sebuah cahaya terang namun lembut muncul di langit-langit di atas kepalanya. Itu bukanlah cahaya lampu karena Erickson telah memadamkan lampu sebelum berdoa. Cahaya itu menerangi ruangan. Erickson tidak merasa takut. Dia merasa damai dan tenang.
Tiba-tiba, sesosok makhluk bercahaya muncul dari lampu ke lantai. Erickson melihat tangan, kaki, tubuh dan kepala. Tetapi dia tidak dapat melihat mata, telinga, hidung, mulut, atau bagian wajah lainnya. Kepala itu dikelilingi oleh cahaya lembut. Makhluk itu berlutut di tempat yang sama di mana anak laki-laki itu baru saja berdoa di samping tempat tidur. Dia menyatukan kedua tangannya dan menundukkan kepalanya.
Erickson memperhatikan dan bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya. Doa Erickson biasanya berlangsung selama lima atau 10 menit, tetapi doa ini berakhir lebih cepat. Makhluk itu berdoa selama 60 hingga 90 detik. Kemudian dia berdiri dan meletakkan satu tangan di kepala Erickson dan tangan lainnya di dadanya. Sukacita memenuhi hati Erickson. Dia membayangkan bahwa dia sedang melihat Yesus.
Makhluk itu tidak mengatakan apa-apa. Setelah menyentuh kepala dan dada anak itu selama beberapa detik, ia bangkit kembali ke arah cahaya lembut yang masih bersinar di langit-langit. Kemudian cahaya itu padam dan kamar tidurnya kembali menjadi gelap. Kedamaian dan ketenangan menyelimuti Erickson. Dia hanya merasakan kebahagiaan di dalam kamar. Dia segera tertidur.
Keesokan harinya, Erickson menceritakan pengalaman itu kepada ibunya. la merasa lebih dekat dengan Yesus daripada sebelumnya. Tetapi itu bukanlah akhir dari kisahnya. Beberapa bulan kemudian, Erickson bermimpi tentang hari Sabat. la sudah menghadiri ibadah di gereja pada hari Minggu sejak ia masih kecil dan ia terus melakukannya untuk membahagiakan ayahnya. Namun setelah ia masuk sekolah Advent, ia juga mulai pergi ke gereja Advent pada hari Sabat.
Dalam mimpinya, Erickson sedang berdiri di gereja ayahnya selama kebaktian. Tiba-tiba, patung-patung orang kudus yang berjejer di dinding gereja mulai bergerak. Tangan mereka bergerak dan kaki mereka bergerak. Sambil tertawa, mereka mengejar anak laki-laki yang ketakutan itu di sekitar gereja. Erickson dapat melihat jemaat lain di dalam gereja, tetapi mereka bersikap seolah-olah tidak ada yang aneh.
Tiba-tiba, Erickson melihat cahaya terang namun lembut di pintu gereja. Itu adalah cahaya yang sama dengan yang dia lihat di kamar tidurnya beberapa bulan sebelumnya. Erickson merasa lega. la merasakan Yesus sudah dekat dan pertolongan sedang dalam perjalanan.
Kemudian makhluk yang telah berdoa di kamar Erickson muncul dari cahaya di pintu gereja. Dia memegang tangan anak itu dan menuntunnya keluar dari gereja. Sekali lagi, anak itu dapat melihat tangan, kaki, tubuh dan kepala, tetapi ia tidak dapat melihat raut wajahnya.
Begitu sampai di luar, makhluk itu berdiri di antara Erickson dan gereja. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Sebaliknya, ia menunjuk ke arah gereja dan kemudian mengguncangnya, memperingatkan anak laki-laki itu untuk tidak beribadah di sana lagi.
Keesokan paginya, Erickson tidak menceritakan mimpinya kepada ibu. la takut sang ibu akan memberitahukannya kepada sang ayah. Ayah ingin dia menjadi seorang pendeta dan dia takut pada reaksi ayahnya.
Tetapi setelah mimpi itu, Erickson tidak pernah beribadah lagi pada hari Minggu. la merasakan bahwa Yesus sedang membimbingnya ke jalan kebenaran dan ia ingin mengikuti-Nya. Sang ayah, yang hanya pergi ke gereja pada hari Natal dan Paskah, tidak pernah meminta anak itu untuk kembali ke gerejanya.
Sekira setahun setelah mimpi itu, Erickson memutuskan untuk memberikan hatinya kepada Yesus dan dibaptis. Dia berusia 13 tahun ketika dia bergabung dengan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.
Saat ini, Erickson Bala adalah seorang pendeta dan pemimpin gereja yang mengawasi penjangkauan misi di tanah kelahirannya, Kosta Rika. Dia memutuskan untuk membuka rahasia masa lalunya sebagai pengingat pada hari Sabat Ketiga Belas ini bahwa Tuhan sungguh bekerja dalam misi di Divisi Inter-Amerika, yang meliputi Kosta Rika dan Guatemala. Dia secara khusus ingin orang-orang tahu bahwa Tuhan secara aktif mencari hati anak-anak dan orang muda, termasuk mereka yang akan menerima manfaat dari Persembahan Sabat Ketiga Belas hari ini.
Sebagian dari persembahan ini akan membantu membuka pusat pengaruh untuk membagikan kasih Yesus kepada anak-anak yang berisiko di Kosta Rika.
Proyek-proyek Sabat Ketiga Belas lainnya termasuk dua pusat pengaruh untuk menjangkau anak-anak yang berisiko di Kolombia, dua pusat pengaruh untuk menjangkau masyarakat kelas atas di Meksiko dan pembangunan sekolah dasar yang besar di Dominika.
Terima kasih atas persembahan Anda yang telah dipersiapkan sejak awal triwulan dan diberikan dengan penuh kemurahan hati pada hari ini.
Fakta Singkat
Hampir 90% spesies kupu-kupu Amerika Tengah dapat ditemukan di Kosta Rika. Negara ini adalah rumah bagi sekira 18 persen kupu-kupu dunia.
Pada tahun 2012, pemerintah Kosta Rika memberikan pengakuan khusus pada musik Calypso sebagai bagian dari budaya negara dan identitas sejarah.
🥔Beras dan kacang-kacangan disertakan pada hampir setiap makanan Kosta Rika, terutama sarapan. Hidangan nasional Kosta Rika adalah gallo pinto, yang berarti "ayam jantan tutul" dan terdiri dari nasi dan kacang-kacangan ditumis bersama dalam panci untuk menciptakan tampilan berbintik-bintik.
==================
🏗️ Proyek Sabat Ketiga Belas Berikutnya
Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan berikutnya akan mendukung tiga proyek di Divisi Amerika Utara:
* Pusat pengaruh untuk penduduk asli Alaska, Bethel, Alaska, Amerika Serikat;
* Penjangkauan misi untuk Sesi General Conference 2025, St. Louis, Missouri, Amerika Serikat;
* Pusat kehidupan perkotaan dan perintisan gereja, Baltimore, Maryland, Amerika Serikat;
Komentar
Posting Komentar